Makalah Hakikat manusia fitrah manusia dan tujuan penciptaan manusia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu spesies makhluk hidup di bumi ini adalah
manusia. Keberadaannya pertama kali di bumi ini tidak diketahui secara pasti.
Sejarah panjangnya merupakan rangkaian peristiwa yang terputus-putus. Namun,
sebagaimana kita pikirkan bahwa keberadaan bumi seharusnya mendahului
keberadaan manusia sebagai penghuni di atasnya. Walaupun mungkin saja terjadi,
sebelum menghuni bumi ini, manusia telah berada di tempat lain kemudian
mengadakan eksodus ke atas bumi.
Manusia dapat dipandang dari sudut yang beragam. Satu
sisi dapat dipandang sebagai realitas fisik, dan sisi yang lain dapat dipandang
sebagai realitas psikis.
Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut
pandangan hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya
maka perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran
pendidikan Islam.
Sebagai landasan pandangan seorang
Muslim disebutkan dalam ayat Al-Qur’an:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai)
disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al
Kitab[1]
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat Muslim,
benar-benar menjadi penganut agama yang baik ia harus mentaati ajaran Islam dan
menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajarannya yang didorong oleh iman sesuai dengan
akidah Islamiah.
Untuk tujuan itulah manusia harus dididik melalui proses
pendidikan Islam. Berdasarkan pandangan di atas, maka Pendidikan seseorang
untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai
Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan, maka rumusan masalah dari pembahasan ini, yaitu:
MANUSIA DAN HAKIKAT PENDIDIKAN
1.
Apa Pengertian Fitrah?
2.
Bagaimana Fitrah Manusia?
GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1.
Bagaimana Pengertian Guru dalam
Pendidikan Islam?
2.
Apa saja Tugas Guru dalam
Pendidikan Islam?
3.
Apa saja Syarat Guru dalam
Pendidikan Islam?
4.
Bagaimana Sifat Guru dalam
Pendidikan Islam?
BAB II
MATERI PERTAMA
MANUSIA DAN HAKEKAT
PENDIDIKAN
A.
MANUSIA
1.
PENGERTIAN FITRAH
Fitrah berasal dari kata fathara
yang sepadan dengan kata khalaqa dan
ansyaa,yang artinya mencipta.biasanya kata fathara digunakan dalam
Al-quran untuk menunjukan pengetian
menunjukan sesuatu yang sebelumnya belum ada
dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Kata-kata yang
digunakan dalam Al-Qur’an untuk menujukan bahwa Allah menyempurnakan pola dasar
ciptaan Allah atau melengkapi penciptaan
itu adalah kata ja’ala yang artinya menjadikan yang diletakan dalam satu ayat khalaqa dan ansyaa.perwujudan dan
penyempurnaan selanjutnya diserahkan pada manusia.misalnya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan (kholaqna) manusia
dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah
dan larangan), karena itu Kami jadikan (ja’alna) Dia mendengar dan melihat.”
2.
FITRAH MANUSIA
Konsep fitrah manusia yang
mengandung pengertian pola dasar kejadian manusia dapat dijelaskan dalam
meninjau:
1.
Hakekat wujud
manusia
a.
manusia makhluk jasmani
rohani yang paling mulia
kemuliaan manusia dapat
ditinjauh baik dari segi fisik maupun rohani;segi fisik biologis
jasad atau fisik manusia
asal mulanya dari tanah. setelah berproses jadi bentuk manusia dalam
Al-Quran disebutkan basyar,(Q.S Al-hijr:28) yakni fisik biologis.sebagai makhluk
biologis kejadiaannya hampir sama dengan makhluk biologis lainnya terutama
jenis binatang mamalia,yaitu dari nutfah,’alaqah,kemudian
mudghah ( embrio ),dan akhirnya terbentuklah janin yang strukturnya secara
gradual lebih sempurnah dari binatang (QS at-tin:4 dan Al-mu’minun 13,14).
Kebaikan dan
kesempurnaan itu dapat ditinjau dari susunan organ tubu manusia,terutama
susunan syarat otaknya ( cerebrum) yang
merupakan organ terpenting karena memiliki fungsi adaptasi dan koordinasi dari
semua rangsangan yang diterima oleh panca indra.dengan struktur demikian itu
manusia mampu mengembangkan penalaran,kreaktifitas dan kerja produktif.bahkan
dilihat dari gerak dan dinamikanya,sejak lahir manusia menunjukan arah majuh
yang apabila di kembangkan dapat menghasilkan gerakan-gerakan yang sangat
bervariasi dan bermakna.Segi Ruhani
Setelah pembentukan
fisik menedekati kesempurnaan dalam bentuk janin,Allah meniupkan Ruh-Nya kepada
manusia dan sejak itu dia benar-benar menjadi makhluk jasmani Ruhani yang mulia
sehingga para malaikatpun diperintahkan oleh Allah agar tunduk kepada manusia.
Para ulama
jumhur sepakat menafsirkan bahwa saat ditiupkan ruh pada manusia terjadilah
getaran ilahi.dengan getaran ilahi tersebut manusia hidup sebagai makhluk
jasmani rohani yang mulia melebihi makluk lain
Dikaitkan
dengan tujuan penciptaan,manusia adalah wakil Tuhan dibumi.karena itulah
percikn asmaul husna itu merupakan modal dasar untuk berperan sebagai wakil
Allah dibumi.sesuai dengan kedudukan sebagai wakil Allah kemampuaan dan kewenangan yang diperoleh sebagai akibat
percikan asmaul husna itu harus dipertanggung jawabkan kepadaNya.akhirnya kemuliaan manusia itu
dideklarasikan sendiri oleh Allah dalam firmannya:sesungguhnya kami telah anak keturunan adam (Q.sal-isra:70).
Tanda-tanda
kemulian itu tampak dalam tujuan penciptaannya dan diberikannya sebagai sumber
daya manusia yang merupakan kelengkapan hidupnya. Namun semua itu masih
merupakan potensi yang baru berarti setelah dikembangkan dan diaktualisasikan
melalui proses pendidikan.
2.
Tujuan Penciptaan
a.
Tujuan utama penciptaan
manusia agar manusia beribada kepada Allah. (Q.S Az-Zariyat:56)
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#urwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
“(dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku).
Makna ibadah
dalam islam ialah tunduk dan patuh meliputi segala hal yang titi tolaknya
ikhlas karena Allah,tujuannya keridlaan Allah,garis Amalnya soleh. Ibadah tidak
akan mengurngi prestasi kerja seorang hambah,tetapi justru akan mempeoleh nilai
tambah yang sangat besar artinya,baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
lingkungannya.karena segala perbuatan dilandasi dengan motifasi luhur yang
terkait dan yang terikat dengan zat yang maha tinggi,maha rahman
Abdul ‘ala
Maududi mengemukakan tentang luasnya lapangan ibadah dalam islam sebagai
berikut: jika dalam pembicaraan seorang engkau suruh menjauhi perkataan
kotor,bohong,bergunjing,karena perbuatan itu dilarang Allah.Maka pembicaraan
saudara itu termasuk ibadah.jika saudara mematuhi peraturan-peraturan Allah
dalam dagang, ekonomi,bergaul dengan anak istri,keluarga dan teman-teman maka
perbuatan saudara sudah termasuk ibadah.jika saudara membantu orang yang
miskin,memberi makan orang yang kelaparan,melayani orang sakit dan saudara
lakukan semua itu mengaharapkan ridla Allah maka itu termasuk ibadah. Disamping
ibadah yang luas arenahnya seperti tersebut diatas dalam islam ada ibadah
khusus (mahdla), yang pedoman serta petunjuk pelaksanaan sudah ditentukan oleh
Allah dan sunah Rasul secara rinci.tujuan utama ibada khusus ini adalah
mkeningkatkan taqarrub ilahi dan menyucikan diri seorang hamba.yang
berimplikasi pada kepeduliaan sosial dan kemanusiaan.tujuan ibadah dalam islam
bukan hanya membentuk kesalihan individual,tetapi juga kesalihan sosial,yang
keduanya tidak dapat dipeisahkan.
b.
Manusia Dicipta untuk
diperankan sebagai Wakil Tuhan Dimuka Bumi
Di jelaskan
dalam Q.S Al-Baqarah:30,yunus: 14, Al-An’am: 165. karena Allah Zat yang
menguasai dan memelihara alam semesta (rabbul
‘Alamin),maka tugas utama manusia sebagai wakil tuahanialah meneta dan
memelihara serta melestarikan dan menggunakan alam sebaik-baiknya untuk
kesejahtraan hidupnya.jabatan sebagai khaliffahtullah
ini merupakan anughra tetapi sekaligus sebagai amanat.
Oleh karena
itu segala aktifitas dalam kaitan dengan kekhalifaan ini harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah.
3.
Sumber Daya Manusia
Agar manusia
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,Allah tidak membiarkan manusia
hidup begitu saja tanpa bekal yang memadai.Allah dengan sifat rahman dan
rahimNya memberikan potensi potensi insania atau sumber daya manusia (SDM) untuk dikembangkan dan
ditingkatkan kualitasnya. Esensi SDM yang membedahkan dengan potensi-potensi
yang diberikan kepada makhluk lainnya dan memang sangat tinggih nialainya ialah
‘’kebebasan’’ dan ‘’hidaya
Allah’’ yang sesungguhnya inhern dalam fitrah manusia.
4.
Kebebasan
Kebebasan
adalah hak asasi manusia yang paling fundamental.kebebasan yang dimaksud ialah
kebebasan berfikir,berkehendak dan berbuat, dengan kebebasan ini manusia
memiliki dinamika daya adaptasi lingkungan dan kreatifitas hidup.sehingga
kehidupan manusia dan lingkungan hidupnya bervariasi,beraneka ragam dan lebih
bermakna.dengan kebebasan yang dimiliki manusia ,mausia mampu memili mana yang
baik dan mana yag buruk,mana yang benar dan mana yang salah. ‘’kebebasan’’ ibarat pisau bermata dua;
satu sisi akan mengangkat manusia ke martabat kemuliaan dan satu sisi akan
menjatuhkan manusia ke derajat yang lebih rendah ,bahkan lebih rendah dari pada
binatang. Kemampuaan memili ini berkaitan adanya dua kecendrungan baik dan
buruk . pada manusia sebagaimana firman Allah:
“dan jiwa
serta penyempurnaannya (ciptaannya),8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu”
Tentang
kebebasan yang diberikan kepada manusia,Al-Qur’an bayak menyebutkan antara
lain:
‘’sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu
kaum kecuali kaum itu engubah nasibnya sendiri.’’ (Q.S Ar-Ra’d: 11).
’’berbuatlah
apa yang kamu kehendaki sesungguhnya dia
melihat apa yang kamu perbuat.’’(Q.S Al-fusilat: 40).
‘’Katakanlah:
kebenaran itu dari tuhanmu,maka barang siapa yang hendak beriman berimanlah,dan
barang siapa yang hendak khufur khufurlah’’(Q.S Al-kahfi: 29).
Seluruh
kehidupan manusia didasarkan asumsi adanya kebebasan berfikir,berkehendak dan
berbuat.kesadaran kita terhadap kewajiban moral,kesepakatan dan
ketidaksepakatan terhadap perbuatan-perbuatan orang lain,sistem-sistem hukum
kita,aturan-aturan kita dan hukum-hukum kita seluruhnya didasarkan atas
postulat kebebasan berkehendak ini.prinsip kebebasan dalam islam erat sekali
kaitannya dengan keadilan.setiap amal perbuatan manusia baik sebesar atom (baik atau buruk) akan mendapatkan
balasan setimpal.(Q.S Al-zalzalah: 7-8). Dari adanya kebebasan ini
tanggungjawab manusia semakin jelas karena semua perbuatan didasarkan atas
pilihannya sendiri.semakin luas kebebasan seorang maka tinggih dan berat pula
tanggung jawabnya.
5.
KebutuhanManusia terhadap Agama
Para ahli study tentang keagamaan
pada umumnya sepakat bahwa agama adalah sebagai sumber nilai,sumber etika dan
pandanagn hidup yang dapat diperankan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Pemikiran ini didasarkan pada alasan karena agama mengandung
beberapa faktor: pertama,faktor
kreatif, yaitu ajaran agama dapat mendorong manusia melakukan kerja produktif.keuda,faktor inofatif, ajaran agama yang
dapat melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek
kehidupan. Ketiga, faktor
sublimatif,ajaran agama dapat meningkatkan dan mengkuduskan fanomena kegiatan
manusia,tidak hanya hal keagamaan,tapi juga yang berdimensi keduniaan.keempat,faktor integratif,ajaran agama
yang dapat mempersatukan sikap dan pandangan manusia serta aktivitasnya,baik
secara individual maupun kolektif dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Manusia butuh terhadap agama,selain
karena agama menyediakan berbagai faktor tersebut,juga karena keyakinan
keagamaan menyebabkan pengaruh-pengaruh positif yang luar biasa dipandang dari
kemampuaanya,mampu menciptakan kebahagian atau memperbaiki hubungan-hubungan
sosial atau menguranginya,bahkan menghapus samasekali kesulitan-kesulitan yang
sebelumnya yang tak terhindar dari sistem dunia.
Kebutuhan manusia terhadap agama
semakin diperlukan lagi dalam kehidupan modern yang ditandai dengan pola hidup:
materialistik,hedonistik,pragmatis dan positifistik yang kesemuanya itu
cendrung memujah dan mendewakan materi.keadaan ini pada giliran membuat manusia
merasakan,kekeringan spiritual,hidup hampa dan teraliensi ( terasing ). Manusia
menjadi semacam sekrup dari sebuah mesin raksasa kehidupan.ia telah kehilangan
jatih dirinya yang utuh dan terpragmentasi.keadaan inilah menyebabkan ia rapuh
ketika menghadapi berbagai masalah yang tidk sepenuhnya yang dapat diatasi
dengan materi. Terjadinya kemerosotan moral,konflik sosial,stres cemas gelisah,gangguaan
keagamaan dan berbagai gejala penyakit sosial dan kejiwaan yang selanjutnya
mempengaruhi pikiran dan perasaannya dalam melaksanakan tugas-tugas jelas tidak
dapat diatasi dengan materi,melainkan dengan kembali kepada ajaran agama.
Peran dan fungsi agama
sebagaimana tersebut diatas dijumpai pada semua agama baik agama yang
diturunkan oleh Allah SWT (agama samawi)
maupun agama yang tergolong agama hasil renungan intuisi manusia yang baiasanya
disebuta agama wad’i (agama budaya).
Dalam islam misalnya agama berperan sebagai hudan yakni pembimbing pemberi
petunjuk; li yukhrijakum min al-dzulamat
ila al-nur (mengeluarkan manusia dari kegelapan jiwa kepada pencerahan dan ketenangan jiwa), syifa
(sebagai obat penawar jiwa yang tegang,gelisah dan cemas), Rahmat (sebagai
kasih sayang tuhan atas keterbatasan manusia), nadzirah ( sebagai pemberi
peringatan), dan Al-furqan ( yang memisahkan yang hak dan yang bati),dll.
Uraian
tersebut memperlihatkan peran norma yang dimainkan agama.peran ini sangat
mungkin dapat dilakukan oleh agama,karena agama memilki karakter . 1).agama
mengasumsi atau melihat suatu persoalan dari segi normatif (bagaimana
seharusnya). 2).agama melihat problamatika dan solusinya melalui petunjuk
tuhan. 3).agama diyakini sebagai petunjuk tuhan dan kebenaran dinilai mutlak
dan agama banyak berbicara tentang ghaib
yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Dengan demikiann jelas bahwa
peran dan fungsi yang dimainkan agama terkait erat dengan fungsi memberikan
landasan norma.
B.
HAKEKAT PENDIDIKAN
1.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Dalam bahasa Romawi pendidikan
diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesautu yang
berada di dalam. Dalam bahasa inggris pendidikan diistilahkan to educate
yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual[2].
Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan. Walaupun demikian,
pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.
2.
PENDIDIKAN DALAM ARTI LUAS
Pendidikan adalah hidup.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup[3]. Jika
diamati secara seksama pengertian diatas mengandung beberapa kekhususan sebagai
berikut.
a.
Lingkungan pendidikan
Pendidikan berlangsung dalam
segala lingkungan baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan
maupun yang ada dengan sendirinya.
b.
Masa pendidikan
Pendidikan berlangsung seumur
hidup di setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Yang kegiatannya tidak
berlangsung sembarang tetapi pada waktu tertentu.
c.
Bentuk kegiatan
Kegiatan pendidikan terentang
dari bentuk-bentuk yang misterius atau tak disengaja sampai yang terprogram.
Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan
berlangsung dalam berbagai bentuk, pola dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi
sembarang. Kapan dan di mana pun dalam hidup. Pendidikan lebih berorientasi
pada peserta didik.
d.
Masa Pendidikan
Pendidikan berlangsung seumur
hidup di setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
3.
TUJUAN
Tujuan pendidikan terkandung
dalam setiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan
adalah pertumbuhan. Tujuan pendidikan tidak terbatas, tujuan pendidikan adalah
sama dengan tujuan hidup.
Dari tiga dasar pengertian
pendidikan inilah para ahli memberikan batasan-batasan tertentu tentang hakikat
pendidikan sesui dengan sudut pandang masing-masing, sebagaimana diuraikan di
bawah ini.
a.
Lavengeld mendefinisikan
pendidikan sebagai setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan pada anak tertuju pada pengawasan anak itu, atau membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
b.
John Dewey memberi batasan
pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecaoakan fundamental secara
intelektual dan emosional kea rah alam dan sesame manusia.
c.
J.J. Rousseau berpendapat
pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kana-kanak
akan tetapi diperlukan pada masa dewasa.
d.
Ki Hajar Dewantara memberi
definisi pendidikan sebagai tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Maksudnya pendidikan menuntut segala kekuatan pada anak-anak itu agar mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
e.
Undang-undang Nomor 2 tahun
1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
f.
Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara tidak aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari beberapa batasan di atas
meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat beberapa
unsure atau faktor yang sama, diantaranya:
a.
Pendidikan merupakan suatu
proses;
b.
Pendidikan merupakan kegiatan
manusiawi;
c.
Pendidikan merupakan hubungan
antarpribadi;
d.
Pendidikan untuk mencapai
tujuan.
4.
PENDIDIKAN DALAM ARTI SEMPIT
Pendidikan adalah sekolah.
Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan oleh
sekolah terhadap anak yang bersekolah agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan
kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Jika
diperinci dari pengertian di atas terdapat beberapa komponen pendidik antara
lain sebagai berikut
a.
Lingkungan pendidikan;
Pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang diciptakan khusus untuk
menyelenggarakan pendidikan, secara teknis pendidikan berlangsung di kelas
b.
Bentuk kegiatan; Isi pendidikan
tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih
berorientasi apda kegiatan guru dan siswa-siswi sehingga guru mempunyai peran
yang sentral dan menentukan. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada
kegiatan guru dan siswa-siswi sehingga guru mempunyai peran yang sentral dan
menentukan. Kegiatan pendidikan terjadwal dan materinya pun tertentu.
c.
Masa pendidikan; Pendidikan
berlangsung dalam waktu terbatas yaitu untuk anak-anak dan remaja.
d.
Tujuan; Tujuan pendidikan
ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan terbatas pada kemampuan tertentu
tujuan pendidikan adalah mempersiapkan hidup[4].
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia
tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran
surat al-‘Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari
segumpal darah; Al-Quran surat al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia
dijadikan oleh Allah; Al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa
Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak sekali ayat
Al-Quran yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi,
manusia adalah makhluk ciptaan Allah.
Hakikat wujudnya yang lain ialah
bahwa manusia adalah makhluk yan perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan. Dalam
teori yang dikembangkan di dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang
hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula
teori yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh
lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang
mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan
lingkungannya (konvergensi). Menurut Islam; kira-kira konvergensi inilah yang
mendekati kebenaran. Salah satu sabda Rasulullah saw mengatakan:
Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunyalah
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (Hadis riwayat Bukhari dan
Muslim)
Menurut hadis ini manusia lahir membawa
kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang
disebut di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi,
fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini adalah
lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Pendidikan pada awalnya adalah upaya manusia untuk
memperlakukan anak keturunan manusia secara instingtif untuk menjaga keberlangsungan
hidupnya. Mendidik secara instingtif kemudian diikuti oleh upaya mendidik
berdasarkan pikiran dan pengalaman manusia.
Sesuai dengan filsafat pendidikan, terdapat lima
pandangan yang dominan, yaitu (1) perenialisme yang meyakini bahwa pengetahuan
merupakan dasar pokok dari pendidikan, (2) esensialisme yang memandang fungsi
sekolah sebagai lembaga penerus warisan budaya bangsa dan sejarah, (3)
progresivisme yang menekankan pentingnya pemberian keterampilan dan alat kepada
individu untuk berintegrasi dengan lingkungan yang selalu berubah, (4)
rekonstruksionisme yang berpandangan bahwa dalam perkembangan teknologi yang
cepat, pendidikan harus mampu melakukan rekonstruksi masyarakat dan membangun
tatanan dunia baru selaras dengan perkembangan teknologi tersebut, (5)
eksistensialisme yang menghormati martabat manusia sebagai individu yang unik
dan memperlakukan individu yang unik sebagai pribadi.
Sampai sekarang telah berkembang
konsepsi yang telah menjadi landasan bagi penetapan kebijakan pendidikan di
Indonesia, yaitu :
1. Pendidikan berlangsung seumur
hidup;
2. Pendidikan bersifat semesta,
menyeluruh, dan terpadu;
3. Pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan dan masyarakat.
Dilihat dari prosesnya, pendidikan berlangsung sepanjang
hayat seseorang, sejak lahir sampai mati. Walaupun ada pandangan bahwa
pendidikan hanya berlangsung sampai seseorang menjadi dewasa atau sampai pada
saat seseorang mampu bertanggung jawab pada dirinya sendiri, pada dasarnya
kedua pandangan ini tidak bertentangan karena kedua teori tersebut sama-sama
mengakui adanya pendidikan sepanjang hayat.
Berdasarkan konsep ini, hakikat
pendidikan adalah :
a. Pendidikan adalah pertolongan atau
pengaruh yang diberikan seseorang yang bertanggung jawab kepada anak agar
menjadi manusia dewasa. Pendidikan adalah suatu kehidupan bersama dalam satu
kesatuan tritunggal ayah- ibu- anak dimana terjadi pemanusiaan anak melalui
proses pemanusiaan diri sampai menjadi manusia purnawan.
b. Pendidikan berati pemasukan anak
ke dalam alam budaya atau juga masuknya budaya ke dalam anak. Pendidikan
merupakan hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak dimana terjadi
pembudayaan anak melalui proses sehingga akhirnya bisa membudaya sendiri
sebagai manusia purnawan.
c. Pendidikan adalah hidup bersama
dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai
dengan melalui proses akhirnya dia bisa melaksanakan sendiri sebagi manusia
purnawan.
Melalui
pendekatan norma perenialis,yakni kembali kepada Al-Qur’an dan as-sunah
dijumpai sejumlah istilah yang mengacu kepada hakikat pendidikan.istilah ini
antara lain: pertama, kata al-ta’lim,
yang berasal dari kata allama yualimu yang berarti,memberikan pemahaman dan
wawasan melalui berbagai ilmu dan informasi dalam langka mengubah mindset manusia. Perubahan pola pikir
merupakan tugas yang amat penting dan mendasar,karena dari perubahan pola pikir
inilah akan terjadi perubahan sikap dan perilaku.istilah Ta’lim ini antara lain dijumpai pada ayat yang artinya: 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam
Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar"(Q.S Al-baqarah :31)
Kedua,istila
Al-Tarbiyah ( berasal dari kata rabba,yarabbu),yang
berarti menunduhkan,mengarahkan,membinah,dan membimbing berbagai bakat
minat,kecendrungan dan lain-lainnya.
MATERI KEDUA
GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1.
DEFINISI
Pengertian Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah
suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia
Muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Maka dari itu, pengajaran merupakan upaya menjelaskan dan
mentransformasikan pengertian tentang berbagai teori, konsep, prinsip dan
sebagainya, maka dibutuhkan seorang pengajar dalam berbagai disiplin atau mata
pelajaran. Mengajar (Guru) yang dalam bahasa Inggrisnya disebut teaching, dapat
diartikan sebagai upaya memberikan wawasan kognitiff pada peserta didik sebagai
bagian dari upaya membangun wawasan tentang sesautu dalam rangka menumbuhkan
kemampuan afektif dan psikomotorik pada peserta didik.
1. Dalam undang-undang nomor 2 tahun
1989 tentang SistemPendidikan Nasional pasal 1 ayat (7) dan (8) istilah pendidikan
disebut dengan tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan
pendidikan.Sedangkan tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas
membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik.
2. Menurut Ahmad D. Marimba (1989)
pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik, yaitu
manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang
pendidikan si terdidik. Abuddin Nata (1997)nmenyebutkan, pendidik secara
fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam
memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.
Secara singkat Ahmad Tafsir (1994) mengatakan, pendidikan dalam Islam sama dengan
teori di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak didik.
Pendidik
Islam menyelenggaraan pendidikan Islam pada hakiktnya adalah mereka yang
melaksanakan tugas dan tanggung jawab mendidik. Dalam Islam, pengertian tidak
hanya dibatasi pada terjadinya interaksi pendidikan dan pembelajaran antara
guru dan peserta didik di muka kelas, tetapi mengajak, mendorong dan membimbing
orang lain untuk memahami dan melaksanakan ajaran Islam merupakan bagian dari
aktivitas pendidikan Islam. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan Islam dapat
berlangsung kapan dan di mana saja, bahkan oleh siapa saja sepanjang yang
bersangkutan memenuhi syarat-syarat baik dilihat dari prinsip-prinsip
pendidikan dan pembelajaran maupun ajaran Islam.
Sebelumnya
telah dijelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam identic dengan tujuan hidup umat
Islam.Itu berarti setiap orang yang berupaya mendorong, mengajak dan membimbing
umat manusia, khususnya umat Islam untuk mencapai tujuan hidupnya sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam, maka yang bersangkutan dikualifikasikan sebagai
pendidik Islam. Hal ini disyaratkan Allah dalam surah Ali Imran (3) ayat 104:
`ä3tFø9uröNä3YÏiB×p¨Bé&tbqããôtn<Î)Îösø:$#tbrããBù'turÅ$rã÷èpRùQ$$Î/tböqyg÷ZturÇ`tãÌs3YßJø9$#4y7Í´¯»s9'ré&urãNèdcqßsÎ=øÿßJø9$#ÇÊÉÍÈ
“Hendaklah ada di antara kamu suatu
golongan orang-orang yang menyeru manusia kepada kebaikan, mengajak melakukan
yang ma’ruf dan melalarangnya melakukan kemungkaran, mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat kemenangan”.
Walaupun prinsip-prinsip dasar pendidik Islam
itu pada hakikatnya sama untuk semua aktivitas pendidikan Islam, tentu saja
secara teknis terdapat beberapa perbedaan yang disesuaikan dengan kualifikasi
kelembagaan penyelenggara. Pendidikan Islam yang diselenggarakan di rumah
tangga atau lingkungan keluarga tidak persis sama kualifikasi pendidiknya
dengan pendidikan Islam yang dilaksanakan di lembaga pendidikan sekolah
dan/atau masyarakat, demikian pula sebaliknya. Karena itu, menjadi salah satu
tugas dan bidang garapan Filsafat Pendidikan Islam untuk merumuskan kulifikasi
pendidik dimaksud secara rasional, komprehensif dan dapat dipertanggungjawaban.
2. TUGAS GURU
Sebagai guru, penggunaan media dan bahan pengajaran,
metode, pendekatan, gaya dan sebagainya dalam kegiatan belajar mengajar yang
variatif sebagaimana tersebut di atas perlu dilakukan karena memiliki tujuan
yang amat menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar.[5]
Berbagai tujuan yang menguntungkan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang baik adalah kegiatan
belajar mengajar yang dapat menarik minat para siswa, menyenangkan,
menggairahkan, dan menyenangkan. Kegiatan belajar mengajar yang demikian akan
terjadi, apabila para siswa dan juga guru memiliki motivasi untuk belajar dan
mengajar. Motivasi yang demikian itu, akan terjadi melalui penggunaan berbagai
komponen belajar mengajar yang variatif dan berkembang.
Upaya membangkitkan motivasi belajar mengajar melalui
penggunaan berbagai komponen belajar mengajar yang variatif itu juga
dipentingkan, mengingat motivasi belajar para siswa dan motivasi mengajar para
guru juga tidak sama tingkatannya, ada yang tinggi dan ada yang rendah, dan ada
pula yang sedang-sedang saja. Berbagai moivasi belajar mengajar tersebut harus
terus dibina dan di tingkatkan melalui pengembangan variasi belajar mengajar
dengan berbagai komponennya. Demikian pula, motivasi gruu dalam mengajar juga
dibina dan ditingkatkan secara terus-menerus.
2. Meningkatkan Perhatian Para Siswa
kepada Guru
Perhatian para sisiwa kepada guru merupakan salah satu
faktor yang mendukung kesuksesan dalam belajar mengajar. Berbagai penjelasan,
saran, bimbingan, dan tugas-tugas yang diberikan guru akan menarik perhatian
para siswa jika berbagai hal yang diberikan oleh guru itu bervariasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru harus melakukan kombinasi, variasi
dan pengembangan dalam hal penggunaan metode, gaya mengajar, perhatian kepada
siswa, suara, komtak pandang dan sebagainya yang memengaruhi kegiatan belajar
mengajar. Sebaliknya guru yang tidak mampu melakukan variasi dalam gaya,
metode, pendekatan dan lainnya dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan
ditinggalkan atau tidak diperhatikan oleh para siswa. Keadaan ini bukan saja
secara psikologis dan sosiologis merugikan guru, melainkan juga merugikan para
siswa dan lembaga penyelenggara kegiatan pendidikan tersebut.
3. Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan
Belajar Mengajar
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui
dari adanya indicator perubahan wawasan, pola piker, penghayatan, sikap, cara
pandang, dan sebagainya pada diri para siswa yang selanjutnya dapat mereka
pergunakan untuk meraih keberhasilan dalam meniti karir, kehidupan dan
sebagainya.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar, yang merupakan
inti dari kegiatan pendidikan tersrbut akan dapat terwujud apabila apabila ada
motivasi atau keinginan yang kuat untuk mengikuti proses belajar mengajar yang
diselenggarajan pada berbagai lembaga pendidikan. Motivasi dan keinginan yang
kuat ini akan terwujud apabila ada upaya yang mendorong para siswa untuk
memiliki minat dan gairah tersebut. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan
melakukan pengembangan variasi dala
kegiatan belajar mengajar.
4. Menghilangkan Kejenuhan dalam
Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar adalah kegiatan yang berat apabila
tidak didasarkan pada minat dan dorongan yang kuat. Belajar dan mengajar sering
pula dihinggapi rasa jenuh yang dapat menurunkan prestasi belajar tersebut. Hal
ini akan dapat diatasi antara lain dengan menghilangkan rasa kejenuhan yang
menghinggapi dengan cara menumbuhkan suasana belajar mengajar yang
menggairahkan, menyenangkan, dan menggembirakan melalui upaya pengembangan
variasi dalam mengajar.
Para ahli umumnya berkata, bahwa dalam proses belajar
mengajar, bahwa masalah kegiata sisiwa adalah yang menjadi fokus perhatian.
Berbagai kegiatan tyang dilakukan oleh guru, sesungguhnya
ditujukan dalam rangka mewujudkan lingkungan dan suasana belajar mengajar yang
menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Semua guru
kiranya sepakat terhadap suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan
menggairahkan siswanya, dan tidak menyukai keadaan yang sebaliknya[6].
3.
SYARAT GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Syarat-syarat
guru dalam pendidikan Islam menurut H. Mubangit yaitu:
1. Dia harus beragama
2. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama
3. Dia tidak kalah dengan guru-guru sekolah umum lainnya dalam
membentuk warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa dan tanah air
4. Dia harus memiliki panggilan murni dari hatinya
5. Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang
akan disampaikannnya, serta memperdalam pengetahunnya sehingga mata pelajaran
yang diajarkannya tidak akan bersifat dangkal
6. Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan,
adat, kebiasaan, rasa dan pemkiran murid-muridnya agar tidak keliru
dalam mendidik murid-muridnya.[7]
7. Sedangkan menurut menurut team penyusun buku teks ilmu
pendidikan Islam perguruan tinggi agama merumuskan bahwa syarat untuk menjadi
guru agama ialah bertaqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani, berakhlak baik,
bertanggung jawab dan berjiwa nasional.
4.
SIFAT GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Agar dapat melaksanakan tugas dan kewajiban kependidikan Islam dengan baik,
Mohamad Athiyah al-Abrosyi (1980) menyebutkan 7 (tujuh) sifat dan/atau yang
harus dimiliki oleh seorang pendidik Islam, yaitu:
a. Bersifat zuhud, dalam arti tidak
mengutamakan kepentingan materi dalam pelaksanaan tugasnya, namun lebih
mementingkan perolehan keridhaan Allah. ini tidak berarti mereka harus miskin,
tidak boleh kaya atau tidak boleh menerima gaji, tetapi menekankan niat dan
motivasi mendidik didasarkan atas ke ikhlasan;
b. Berjiwa bersih dan terhindar dari
sifat/akhlak buruk, dalam arti bersih secara fisik/jasmani dan bersih secara
mental/rohani, sehingga dengan sendirinya terhindar dari sifat/ perilaku buruk.
Ini perlu dimiliki oleh pendidi Islam, karena sesugguhnya ia adalah teladan
dari peserta didiknya;
c. Bersikap ikhlas dalam melaksanakan
tugas mendidik. Hampir sama dengan sifat zuhud di atas, tetapi ikhls dalam
konteks ini lebih diperluas. Jika zuhud lebih menekankan pada niat dan motivasi
melaksanakan tugas mendidik, maka makna ikhlas dalam kaitan ini termasuk pula
sikap terbuka, mau menerima kritik dan saran tidak kecuali dari peserta didik
sehingga dalam pembelajaran tecipta interksi antaa guru dngan murid bagaikan
interaksi antar sesame subjek; Bersifat pemaaf. Peserta didik sebagai manusia
berpotensi tentu penuh dinamika. Terjadina interaksi antara guru dengan peserta
didik sebagai konsekuensi dinamika dan kriativitas, tidak jarang dapat
membuat rasa jengkel, kurang puas,
menyinggung peasaan dan tidak menyenangkan guru. Sebagai manusia biasa, guru
juga tidak dapat lepas dari sifat marah, kurang senang dan sejenisnya. Tetapi
hal itu tidak boleh berlangsung lama, karena akan mengganggu interaksi
pembelajaran yang seharusnya menyenangkan. Itu sebabnya guru harus bersifat
pemaaf;
d. Bersifat orangtua, dalam arti ia
harus memposisikan diri sebagai plindung yang mencintai muridnya serta selalu
memikirkan masa depan mereka. Dengan begitu semangat dan upayanya mendidik
murid hidup dan bergelora;
e. Berkemampuan memahami pakat,
tabiat dan watak peseta didik. Dalam kenteks ini, sorang pendidik islam tentu
harus memiliki pengetahuan dan keteramplan psikologi, agar mampu memahami
tabiat, watak, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai landasan
dasar pengembangan potensi merka. Selain itu, pendidik islam juaga harus
menguasai berbagai strategi dan metode pengembangan pendidikan dan pembelajaran
sehingga dapat menyesuaikan dengan tuntukan bakat, tabiat dan watak peserta
didik;
f. Menguasai bidang studi/ bidang
pengeahuan yang akan dikembangkan/ diajarkan. Ini berarti, pendidik islam harus
lebih dahulu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan muatan materi
yang diajarkan kepada peserta didik, sehinggan aktivitas pendidikan dan
pembelajaran yang dilaksanakan menjadi
efektif dalam arti berjalan sesuai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Sifat
dan kemampuan yang dipersyaratkan kepada pndidik islam sebagaimana dirumukan di
atas, hanyalah sebagian dari sekian banyak sifat dan kemampuan yang harus
dimiliki agar fingsi dan peranan pendidik islam dalam proses pendidikan Islam
dapat berjalan sesuai denagan tuntunan dan tuntutan ajaran Islam serta
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dunia kependidikan Islam. Sifat dan
kemampuan lain, misalnya pendidik Isalam harus bersifat kriatif, keteladanan,
bertanggung jawab dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fitrah berasal dari kata fathara
yang sepadan dengan kata khalaqa dan
ansyaa,yang artinya mencipta.biasanya kata fathara digunakan dalam
Al-quran untuk menunjukan pengetian
menunjukan sesuatu yang sebelumnya belum ada
dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan.
Dalam bahasa Romawi pendidikan
diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesautu yang
berada di dalam. Dalam bahasa inggris pendidikan diistilahkan to educate
yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Banyak pendapat yang
berlainan tentang pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus
tanpa menunggu keseragaman arti.
Hakikat wujudnya yang lain ialah
bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori yang dikembangkan di dunia Barat,
dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan
(nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengatakan bahwa
perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai
sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan
seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Menurut
Islam; kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Salah satu sabda
Rasulullah saw mengatakan:
Menurut hadis ini manusia lahir membawa
kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang
disebut di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi,
fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini adalah
lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2005. Ideologi Pendidika
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu
Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Nata, Abuddin. 2000. Pemikiran
Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Khadir, Abdul. 2012. Dasar-dasar
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kharisma Putra Utama
[1]
Maksudnya ialah kitab-kitab yang diturunkan setelah Al-Qur’an
[2]
Muhajir, 2000: 20
[3]
Mudyahardjo, 2006: 3
[4]
Abdul, Khadir. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2012. Hal. 59-61
[5]
Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), hlm. 187.
[6]
Abuddin, Nata. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kharisma Putra Utara 2009. Hal. 284-286
[7]
Hamdani, Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung. 1998. Hal.
102-105
As claimed by Stanford Medical, It's really the ONLY reason women in this country live 10 years more and weigh an average of 19 KG less than us.
ReplyDelete(By the way, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret diet and really, EVERYTHING about "HOW" they are eating.)
P.S, What I said is "HOW", not "WHAT"...
TAP this link to find out if this easy questionnaire can help you find out your true weight loss possibilities